Jumat, 14 November 2008

(Most thoughts about) Charismatic is just about emotions....


Nope...I'm not talking here as a Catholic Charismatic's haters. I am still Catholic and I am still Charismatic. That's the first things I must clarified before I continue this post...hehehehehe...

Gue cuma mau share some thoughts about the things that became the most important things in our Prayer Meeting, it called Praise & Worship.


Hari ini gue baru sama-sama share soal gimana Praise & Worship sama beberapa temen gue dari Emmaus Prayer Group. Bermula dari concern kita soal gimana PW yang selalu berfokus pada penyembahan yang selalu pengen "naik" dan hanya menjadi sebuah percikan kembang api yang seru di awal, abis itu yah udah aja, ilang dan kesannya cuma satu, "Bagus yah...".
PW yang mungkin akhir-akhir ini menjadi kehilangan konsep dasarnya, menjadi sebuah eksperimen didalam idealis kita sebagai pemusik atau pelayan pujian, tanpa mau memandang kebutuhan umat sendiri yang datang ke PD, dan hanya menjadikan itu sebuah show aja, tanpa mau mengajak umat lebih dalam lagi dalam menjalin hubungannya dengan Tuhan dalam keseharian mereka. Intinya, bagaimana menjadikan PW menjadi sebuah lentera jiwa bagi umat yang datang ke PD didalam keseharian mereka. Ide itu diutarakan sama temen gue yang baru ikut pertemuan SACCRE, dimana spiritual director nya ( gue lupa namanya..hehe) ngomong, kalo akhir-akhir ini banyak banget WL-WL yang cuma menjadikan PW sebagai ajang karaoke, tanpa bisa meninggalkan kesan yang dalam bagi umat saat mereka pulang ke rumah, tidur dan bangun keesokan harinya, kesan itu masih ada didalam hati mereka.

Mungkin secara job desk diatas kertas, itu adalah tugasnya WL...
Yup, bener banget, tapi itu juga berlaku kepada semua dari kita selaku pelayan pujian.
Kita ga bisa berpikir, karena kita hanya pemusik, kita ga bisa meninggalkan kesan itu....
Tapi semuanya itu sudah menjadi satu kesatuan dan paket saat kita menjadi pelayan pujian, bukan saat kita bertugas aja, tapi juga saat kita tidak bertugas, kita harus menunjukkan bahwa PW menjadi sebuah lifestyle kita dan karena itu kita selalu merasakan cinta Tuhan dan selalu diubahkan menjadi seseorang yang lebih baik lagi didalam Tuhan.

Tapi...

Kebanyakan dari kita berpikir, kalo kita ingin meninggalkan kesan yang dalam itu, saat penyembahan, pokoknya harus "naek" dah...musik harus kenceng..WL nya suaranya bagus en bisa improv sampe 12 suara (buset dah...kagak kali ya..wakakaka). Tapi pertanyaannya, apa iya kayak gitu? Gue ga tau kenapa, tapi sebagian komunitas di Indonesia, yang gue liat kayak gitu...mungkin dengan dalih, mereka ingin memberikan yang terbaik buat Tuhan...(hmmm...okeyyy..kasihh dahhh...)

Tapi kenyataannya....

Dalam Karismatik, selalu identik dengan yang namanya musik.

"Music is art. Art is the process or product of deliberately and creatively arranging elements in a way that appeals to the senses or emotions, especially beauty." source: Wikipedia


Musik adalah sebuah karya seni, dan seni merupakan sebuah ekspresi dari emosi kita karena keindahan. Semua musik yang ada dalam gereja adalah sebuah hasil karya seni mengenai keindahan Tuhan. Yup, gue setuju soal keindahan Tuhan itu. Even sometimes, you cannot describe how great and beautiful He is.
But, sometimes we cannot control our emotions when we worship Him.
And that's emotions make worship seems like a force for some people (especially in Catholic) to pray or to sing, or maybe a force to became someone that they don't want to.

Tadi sempet disinggung sama temen gue soal artikel yang ditulis oleh Paul Baloche.
Si oom itu bilang, kalo musik rohani jaman sekarang hanya memperhatikan dari segi musik dan nada saja, bahkan musik bisa menjadi sebuah topeng seseorang dalam memuji Tuhan, topeng dari ketidaktulusan hati seseorang. Karena musik yang bagus, bukan berarti berasal dari hati yang tulus. Musik hanyalah musik...musik adalah sarana...musik hanyalah sebuah gambaran kreatifitas dan emosi seseorang...bahkan musik juga bisa dipelajari....ada teori yang bisa menjabarkan bagaimana membuat musik yang baik dan bagus.

Karena gue pribadi beranggapan dari dulu, musik adalah ilmu pasti dan perasaan.

Saat kita sudah menaruh emosi kita secara berlebih di dalam penyembahan, semuanya akan seperti kita yang memaksakan Tuhan untuk berada dan ber mujizat ditengah kita. Dan semuanya akan menjadi kita yang memerintah Tuhan dengan musik kita yang heboh, dan suara kita yang cukup lantang untuk berdoa dan bernyanyi sampai terkesan seperti Tuhan mempunyai pendengaran yang kurang.
Mungkin kita tidak usah dulu melihat dari saudara-saudara kita yang berada di gereja lain, tapi seperti biasa kita sudah seharusnya melihat kedalam diri kita dan komunitas kita sendiri dulu. Apakah kita sudah melakukan penyambahan yang benar? Apakah penyembahan kita benar-benar sudah membawa umat berada lebih dalam lagi didalam hubungannya dengan Tuhan? Apakah PW kita sudah benar-benar menjadi sebuah PW yang fleksible untuk dirubah on the spot sama Tuhan dan tidak menjadikannya itu hanya sebuah songlist karaoke aja?


Mungkin kita bisa mulai dengan melihat Tuhan dan menaruh Tuhan dalam hidup dan hati kita secara benar dan bijaksana dengan dasar pandangan dari hati kita akan Tuhan yang selalu mendengar even saat kita berbisik sekalipun kepada Dia. Mulailah mencari Dia dengan mulai belajar mendengarkan dan memberikan Dia kesempatan Dia untuk berbicara kepada kita di dalam keheningan.

Emosi emang diperlukan, tapi apabila kita bisa memakai nya itu juga secara benar dan dengan porsi yang cukup, itu juga akan menjadi sebuah bagian yang indah, bukan bagian yang mengganggu.

Cobalah kita belajar untuk menyembah Tuhan didalam keheningan terlebih dahulu, membiarkan emosi kita akan Tuhan membakar hati kita didalam, bukan secara tindakan dan kelakuan, dan membiarkan emosi itu diubahkan menjadi sebuah passion akan Tuhan yang Tuhan sendiri tanam didalam hati kita dan mecoba untuk mulai bernyanyi atau bermain musik dengan sederhana dan dengan hati kita yang sudah terbakar dengan passion itu.

Gue yakin masing-masing dari kita pasti akan diubahkan menjadi seorang pelayan-pelayan pujian yang humble, dewasa, dan bijak jika kita mau tetap memandang Tuhan dan menaruhNya di tempat pertama dalam hidup kita.

I hope it works with you guys....

GB...
Keep humble in His love...


1 komentar:

Oka mengatakan...

Dear Leo,
I agree with your sharing :) sometimes we are forcing the Spirit dengan musik yg harus selalu naik abis lagu2 penyembahan. Kadang juga praise and worship session kita jadi cuman song to song. The worship leader just entertain the audience.

Maybe we can start with little things, with our own prayer life, and by allowing God to meet us in the silence as you said.

Thanks :)